Batik dengan nama motif Jlamprang ini berasal dari daerah Pekalongan.
Di Yogyakarta, motif serupa diberi nama Nitik. Motif Jlamprang
merupakan salah satu batik yang cukup popular yang diproduksi di daerah
Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain
Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau
mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat.
Batik motif Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di
Pekalongan.
Pada saat pedagang dari Gujarat (India) datang di pantai utara Pulau
Jawa, mereka membawa kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam
barang dagangannya. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris dan
sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang disebut patola
(sembagi atau polikat) yang dikenal di Jawa sebagai kain cinde. Warna
yang digunakan adalah merah dan biru indigo.
Batik Motif Jlamprang
Sumber: http://www.kaosbatikpekalongan.wordpress.com
Motif kain patola memberi inspirasi para pembatik di daerah pesisir
maupun pedalaman, bahkan lingkungan keraton. Di daerah Pekalongan
tercipta kain batik yang disebut jlamprang, bermotif ceplok dengan warna
khas Pekalongan. Terinspirasi dari motif tenunan, maka motif yang
tercipta terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan anyaman yang terdapat pada
tenunan patola.
Kain batik jlamprang berkembang di daerah pesisir, sehingga warnanya
pun bermacam-macam, sesuai selera konsumennya yang kebanyakan berasal
dari Eropa, Cina, dan negara-negara lain. Warna yang dominan digunakan
adalah rnerah, hijau, biru dan kuning, meskipun masih juga menggunakan
warna soga dan wedelan.
Terdapat juga pendapat jika motif Jlamprang merupakan motif yang
dikembangkan oleh pembatik keturunan Arab karena pada umumnya orang Arab
yang beragama Islam tidak mau menggunakan ornamen berbentuk benda
hidup, misalnya binatang atau burung. Mereka lebih suka ragam hias yang
berbentuk geometris. Ragam hias kotak-kotak persegi empat atau segitiga
dan sejenisnya. Keindahan batik motif Jlamprang terletak pada ragam
hiasnya yang menggambarkan konsistensi dan keajegan.
Batik motif Jlamprang dalah batik asli masyarakat Pekalongan sebagai
pewaris kosmologis dengan mengetengahkan ragam hias ceplokan dalam
bentuk lung-lungan dan bunga padma serta di tengahnya disilang dengan
gambar peran dunia kosmis yang hadir sejak agama Hindu dan Budha
berkembang di Jawa.
Pola ceplokan distilirasasi dalam bentuk dekoratif menunjukkan corak
peninggalan masa prasejarah yang kemudian menjadi warisan dari agama
Hindu dan Budha. Batik Jlamprang memiliki warna-warna yang cerah. Motif
Jlamprang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu Syiwa.
Batik Motif Jlamprang
Sumber: http://batiktalk.com
Pola ragam hias berupa pola dasar ceplokan berbentuk lunglungan
dengan hias bunga padma ditengah pada motif jlamprang disinyalir
merupakan corak yang diturunkan dari masa prasejarah, yang dikemudian
waktu diadopsi oleh Budaya Hindu dan Budha. Di dalam ajaran Hindu
Tantrayana, terdapat apa yang disebut Syaiwapaksa (senjata panah dewa
Syiwa), yang menggunakan lambang cakra berupa panah, juga merupakan ikon
meditasi Dewa Syiwa. Sementara bunga padma sendiri memiliki arti dalam
kepercayaan Hindu-Budha sebagai perlambang kehidupan.
Batik Motif Jlamprang
Sumber: http://museumbatikdipekalongan.blogspot.com
Dalam mitologi ratu laut Jawa, batik Jlamprang disukai penguasa Laut
Utara yaitu Den Ayu Lanjar. Dalam kaitannya dengan batik Jlamprang
sebagai medium ekspresi, batik tersebut dahulu telah dijadikan benda
sakral (batik sakral). Pada masa lalu hingga saat ini, batik Jlamprang
sudah menjadi batik profan (umum) dan tidak disakralkan lagi. Namun
demikian, sebagian masyarakat Pekalongan masih menyertakan Batik
Jlamprang sebagai bagian dari benda-benda upacara dalam upaya menjaga
kelestarian budaya mistis yang berhubungan dengan upacara nyadran, yaitu
upacara korban di laut untuk menyatakan syukur kepada penguasa alam
(Tuhan). Menurut masyarakat Pekalongan, alat-alat dalam upacara tersebut
termasuk batik motif Jlamprang dimaksudkan sebagai persembahan kepada
Ratu Laut Den Ayu Lanjar. Hingga saat ini, Batik Jlamprang masih tetap
diproduksi dengan kombinasi motif yang beragam.
Dalam kaitannya dengan penggunaan batik motif Jlamprang sebagai
medium (benda upacara), secara kosmologis merupakan jalan menuju dunia
atas (dunia para Dewa). Aliran Tantra adalah salah satu aliran pemujaan
terhadap Dewa Syiwa dan masyarakat Pekalongan kuno menggunakan batik
motif Jlamprang sebagai benda upacara pada saat kepercayaan itu
berkembang setelah Pekalongan ditinggalkan Wangsa Sanjaya ke Jawa Timur
pada abad X Masehi.
Batik motif Jlamprang adalah waris dari budaya kosmologis yang
diapakai sebagai medium ekspresi untuk menghubungkan dunia bawah (dunia
manusia) dengan dunia atas (dunia dewa-desa atau dunia Prayangan). Batik
motif Jlamprang sebagai medium kosmis yang memiliki symbol mistis
tentunya menjadi alat yang tepat dan diterima oleh dunia atas (dunia
Hyang) dan disebut sebagai dunianya Den Ayu Lanjar.
Semoga bermanfaat.
Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Jlamprang pekalongan
Diposting oleh
Unknown
|
Kamis, 28 November 2013
0 komentar:
Posting Komentar